Berita

Prosesi Ritual Puja Wali Kramat Di Kaki Gunung Semeru Berjalan Dengan Hikmat

12
×

Prosesi Ritual Puja Wali Kramat Di Kaki Gunung Semeru Berjalan Dengan Hikmat

Sebarkan artikel ini
IMG 20250712 WA0001

LUMAJANG, Portaljatim.net – Suara gamelan lembut menggetarkan pelataran Pure mandagiri Semeru Agung (MGSA) di Desa Senduro Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur, Kamis pagi 10/7/2025.

Di antara wangi dupa dan bunga persembahan suasana menjadi hikmat, lelaki perempuan berpakaian serupa menunjukkan kedamaian dalam melaksanakan upacara adat melangkah dengan tertib menuju pelataran suci, memperlihatkan bahwa tradisi ini bukan hanya milik generasi tua saja, melainkan tradisi ini harus dijaga bagi generasi muda sebagai penerus dan menjaga tradisi seterusnya.

Upacara ini dihadiri oleh Bupati Lumajang Indah Amperawati di dampingi oleh wakil Bupati Lumajang Yudha Adji kusumah, hadir langsung menyaksikan prosesi upacara adat.

Dalam sambutannya Bupati Lumajang Indah Amperawati (Bunda indah) menegaskan keberadaan pura MGSA ini merupakan harta sepritual yang memperkaya indititas Lumajang sebagai rumah bersama yang menjunjung tinggi toleransi.

Baca Juga :  Polrestabes Surabaya Ungkap Kasus Curanmor sebanyak 19 Pelaku 

Pure ini bukan hanya milik umat Hindu,tapi milik kita semua,tetapi ini mengajarkan untuk kita damai, ketulusan, dan keseimbangan, kami akan terus menjaga agar keberagaman agama di Lumajang menjadi sumber kekuatan, bukan perbedaan yang memecah belah antar umat beragama,” tutur bunda indah.

Prosesi ritual ini juga membawa dampak sosial dan ekonomi. Hotel-hotel lokal, warung, dan pelaku UMKM merasakan denyut manfaat dari kehadiran ribuan peziarah. Ekonomi tumbuh tanpa kehilangan jati diri, karena spiritualitas yang hadir bukan untuk dikomersialisasi, tetapi dirawat bersama, imbuhnya.

Lebih dari sekadar pelaksanaan tradisi, Puja Wali Krama menjadi ruang pendidikan batin. Di sinilah masyarakat belajar arti pengorbanan, keteraturan, dan dedikasi. Di sinilah kearifan lokal tampil sebagai penyeimbang dunia yang semakin cepat dan terkadang melupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan.

Pada akhirnya, kegiatan ini menegaskan bahwa spiritualitas tidak pernah kehilangan relevansi. Di tengah modernitas dan disrupsi digital, manusia tetap mencari makna, dan makna itu seringkali ditemukan dalam heningnya doa, dalam sapaan sesama peziarah, atau dalam gemuruh angin yang membawa harum dupa dari kaki Semeru.

Baca Juga :  Sambangi Masyarakat Dan Wisatawan Bangsring Underwater Ini Kata Bripka Agam

Ketika upacara ditutup dengan tabuh dan iring-iringan tirtha (air suci), banyak umat yang tetap tinggal sejenak, enggan beranjak. Mereka tahu bahwa yang mereka bawa pulang bukan sekadar bunga atau abu persembahan, tetapi cahaya batin yang menuntun hidup.

Pura Mandara Giri Semeru Agung kembali membuktikan, bahwa spiritualitas bukan milik satu agama, melainkan milik seluruh umat manusia yang ingin hidup selaras dengan alam, dengan sesama, dan dengan dirinya sendiri. Dan di kaki Semeru yang agung, semua itu menyatu dalam suasana damai,” Pungkasnya.

 

Team

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *