SUMENEP, Portaljatim.net – Pemerintah Kabupaten Sumenep kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) pada Sabtu (23/08/2025) sebagai upaya pengendalian inflasi dan penguatan ketahanan pangan Jawa Timur tahun 2025. Kegiatan ini sedianya bertujuan menjaga kestabilan pasokan serta keterjangkauan harga bahan pokok, khususnya beras, bagi masyarakat. Sabtu (23/08/2025).
Namun, jalannya distribusi menimbulkan kekecewaan mendalam. Sejumlah warga mengaku tidak mendapatkan komoditas seperti telur, bawang, dan minyak goreng meski telah memegang kupon dengan nomor antrean di atas 110. Ironisnya, barang-barang tersebut sudah habis sebelum giliran mereka, sementara yang tersisa hanya beras.
Hal ini memunculkan pertanyaan serius terkait transparansi dan tata kelola panitia penyelenggara. “Kenapa panitia membuat kupon lebih banyak jika jumlah barang yang disediakan tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen?” ungkap salah seorang warga dengan nada kecewa.
Seorang warga lainnya yang turut mengantre sejak pagi juga meluapkan kekesalan. “Dari awal buka sampai sekarang saya tidak kebagian bawang dan minyak goreng, padahal itu kebutuhan utama saya. Kalau begini caranya, lebih baik tidak usah ada pasar murah lagi,” ujarnya dengan nada kesal.
Kondisi ini memperlihatkan lemahnya manajemen distribusi dalam pelaksanaan GPM. Alih-alih menjadi solusi, program yang sejatinya bertujuan meringankan beban masyarakat justru menimbulkan polemik dan rasa ketidakadilan di kalangan warga. (Liamsan)