DENPASAR, Portaljatim.net – Fenomena hidrometeorologi berupa hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung secara terus-menerus selama dua hari dua malam di wilayah Bali, khususnya Denpasar Barat, telah memicu terjadinya genangan banjir yang meluas. Peristiwa ini memperlihatkan keterbatasan sistem drainase perkotaan dalam merespons akumulasi curah hujan yang melampaui kapasitas tampung, sekaligus menegaskan tingginya tingkat kerentanan kawasan urban terhadap perubahan iklim dan dinamika cuaca ekstrem.
Banjir yang terjadi tidak hanya menghambat aktivitas sosial-ekonomi masyarakat, tetapi juga berimplikasi pada aspek kesehatan publik akibat menurunnya kualitas sanitasi lingkungan. Kondisi tersebut menuntut intervensi kebijakan yang komprehensif, baik melalui upaya mitigasi struktural berupa penguatan kapasitas infrastruktur drainase dan sistem resapan, maupun mitigasi non-struktural seperti edukasi publik, penguatan kelembagaan penanggulangan bencana, serta tata kelola air yang lebih adaptif.
Dalam perspektif perencanaan kota berkelanjutan, peristiwa banjir ini dapat dipahami sebagai indikator penting yang mencerminkan kompleksitas tantangan urban kontemporer. Pertumbuhan penduduk, ekspansi infrastruktur, serta tekanan lingkungan akibat perubahan iklim saling berinteraksi dan menciptakan kerentanan baru. Oleh karena itu, diperlukan strategi adaptasi jangka panjang berbasis tata ruang yang berorientasi ekosistem, guna memastikan daya lenting (resilience) perkotaan terhadap risiko hidrometeorologi di masa mendatang. (Usman)
