Berita

Dari Wartawan Menuju Senayan

472
×

Dari Wartawan Menuju Senayan

Sebarkan artikel ini
Screenshot 2023 0610 131545

PORTALJATIM.ID, SURABAYA – Ada pertanyaan mengapa Abdul Rochim memilih untuk bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) setelah tidak lagi aktif sebagai jurnalis? Kenapa kok bukan partai lain, misalnya PDIP yang saat ini sebagai partai pemenang pemilu, atau Golkar, Nasdem, Perindo atau parpol lainnya?

“Jawaban saya sangat tegas soal ini. Bagi saya, berpartai bukan sekadar ikut rombongan mobil dimana kita bisa naik Fortuner, Pajero, Expander ataupun Mercy yang penting sampai ke tujuan,” papar Rochim, yang akan maju sebagai Caleg DPR RI dari Dapil 1 Surabaya-Sidoarjo ini.

Lebih dari itu, lanjut Abdul Rochim, berpartai harus didasarkan pada cita-cita besar. Ada ideologi yang dibawa. Mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat ini dan menganggap semua parpol sama saja.

“Saya menganggap semua parpol baik, punya cita-cita yang baik pula. Tapi, masing-masing parpol berbeda. Karena setiap parpol dilahirkan dengan tujuan dan visi masing-masing. Dia lahir pada waktu yang berbeda-beda dengan visi perjuangan yang berbeda-beda pula. Bahkan, parpol juga menjadi representasi ideologi perjuangan yang berbeda pula,” imbuhnya.

Baca Juga :  Audiensi Pilar-Pilar Sosial Kolaborasi Kemanusiaan PKH, TKSK, dan TAGANA Bersama Pemkab Jombang

Sebagai warga Nahdliyin, dirinya merasa parpol yang paling pas dan cocok buatnya adalah PKB karena adanya kesamaan ideologi perjuangan itu.

“Lho, bukannya warga NU ada dimana-mana, di semua parpol? Benar sekali, di Golkar ada kader NU, di PDIP pun banyak, begitu pula di PKS, kader NU pun ada. Tapi dalam kacamata saya, parpol yang paling dekat dan menjadi representasi warga NU ya cuma PKB. Apa alasannya? Ya lihat saja sejarah berdirinya PKB dan bagaimana konsistensi perjuangannya selama ini bagi NU dan Nahdliyin,” tegas mantan wartawan Sindo ini.

Baca Juga :  Bentuk Rasa Syukur, SMP dan SMA Darussyahid Rayakan Kelulusan

Sebagai seseorang yang cukup lama berkecimpung sebagai wartawan, Rochim mengaku berinteraksi sangat baik dengan parpol-parpol lainnya.

Dirinya sering liputan di kandang PDIP, Golkar, Nasdem, dan lainnya. Juga berhubungan baik dengan para politisi dari berbagai parpol tersebut. Sehingga, seandainya dirinya ingin masuk ke parpol-parpol tersebut, pintunya ada.

“Namun, berparpol itu pilihan. Selain karena kesempatannya ada 3,5 tahun lalu, ya hati saya memang berlabuh ke PKB. Saya ber-PKB bukan hanya sejak saya menjadi kader saja, tapi jauh sebelum itu. Dari pertama kali kenal parpol tahun 1999, pilihan politik saya ya PKB. Sebagai warga NU kampung di Lamongan, dulu identifikasi pilihan parpol warga di desa saya gampang sekali. Kalau NU ya PKB, kalau warga Muhammadiyah ya PAN. Kalau sekarang lebih beragam,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *