SUMENEP, Portaljatim.net – Fenomena dominasi jaringan ritel modern berskala nasional, seperti Indomaret dan Alfamart, telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk kawasan Madura. Kondisi tersebut menimbulkan tantangan sekaligus peluang bagi pengembangan ritel lokal yang mampu bersaing secara kompetitif dan berkelanjutan. Menanggapi dinamika ini, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sumenep, Tatang Saptoaji, mengemukakan gagasan strategis untuk menghadirkan “Alfamadura 24 Jam” sebagai model kemandirian ekonomi berbasis kerakyatan yang berakar pada nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal. Sabtu (30/08/2025)
Menurut Tatang, keberadaan Alfamadura harus dirancang dengan diferensiasi yang jelas dibandingkan jaringan ritel mapan. Beberapa aspek keunggulan yang ditawarkan antara lain penetapan harga yang lebih kompetitif, lokasi usaha yang strategis, ketersediaan lahan parkir yang memadai, fasilitas umum yang bersih (termasuk ruang usaha dan sanitasi), serta sistem keamanan yang memberikan kenyamanan bagi konsumen.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa pengembangan ritel lokal tidak dapat dipisahkan dari dukungan tokoh agama dan lembaga pendidikan Islam, khususnya pondok pesantren. Melalui peran ulama, kiai, ustadz, dan guru ngaji, Alfamadura diharapkan dapat membangun ekosistem bisnis yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga menegakkan prinsip halal, etis, dan sesuai norma agama. Dengan demikian, ritel ini dapat menjadi instrumen ekonomi umat yang memiliki legitimasi sosial sekaligus spiritual.
Dalam perspektif manajerial, strategi yang dikedepankan bukan sekadar mengejar profit maksimal, melainkan menekankan pada pencapaian omzet yang stabil serta keberlanjutan usaha. Mekanisme rekrutmen sumber daya manusia juga diarahkan pada seleksi berbasis moralitas, kejujuran, dan kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar. Tatang menekankan bahwa integritas merupakan modal utama dalam membangun kepercayaan publik, karena praktik ketidakjujuran justru berpotensi merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
Dengan formulasi demikian, Alfamadura 24 Jam diproyeksikan menjadi prototipe ritel modern lokal yang berlandaskan ekonomi kerakyatan, keadilan distributif, dan keberkahan usaha. Lebih dari itu, konsep ini dapat dipandang sebagai alternatif model bisnis nasional yang mengintegrasikan rasionalitas ekonomi dengan nilai-nilai keagamaan dan kearifan budaya, sekaligus memperkuat kemandirian bangsa dalam menghadapi dominasi kapital global. (Liamsan)