ArtikelKeagamaan

Istilah Lebaran Ketupat Yang Sudah Melegenda Dipulau Jawa, Ternyata Begini Penjelasan Riwayatnya 

389
×

Istilah Lebaran Ketupat Yang Sudah Melegenda Dipulau Jawa, Ternyata Begini Penjelasan Riwayatnya 

Sebarkan artikel ini
Screenshot 2024 0416 182832

PORTALJATIM.ID – Saat Hari Raya Idul Fitri, setelah sampai satu minggu ketupat menjadi makanan wajib saat merayakan momen lebaran. Makanan ini biasanya menjadi teman hidangan bersama opor ayam hingga daging rendang.

Momen yang indah saat makan bersama keluarga family dan tetangga dengan bermacam cara yang di lakukan oleh para kaum muslimin.

Ketupat merupakan jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam janur (anyaman daun kelapa). Ketupat ini bisa berbentuk kantong, prisma, lontong dan lain sebagainya kemudian dimasak.

Sejarah Lebaran Ketupat diperkenalkan pertama kali oleh salah satu Walisongo, yakni Sunan Kalijaga. Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba’da atau bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang artinya sesudah Lebaran atau sesudah Kupat.

Kemudian tradisi ketupat pada saat perayaan Lebaran tersebut diawali dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga.

Bakda Lebaran merupakan prosesi pelaksanaan sholat Id mulai dari 1 Syawal dengan berkunjung untuk saling silaturahmi. Tradisi ini biasanya saling bermaaf-maafan antra keluarga, dan sanak saudara.

Adapun, Bakda Kupat diperingati seminggu setelah lebaran. Masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat untuk dimakan bersama-sama.

Kemudian terciptalah tradisi membuat ketupat dan diantarkan ke kerabat dekat atau orang yang lebih tua. Umumnya, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri sebagai harapan agar dapat saling memaafkan.

Arti kupat juga dapat dimaknai sebagai “laku papat” yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat merupakan empat tindakan yang terdiri dari Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan. Maksud dari empat tindakan tersebut antara lain:

1. Lebaran yaitu tindakan yang telah selesai, diambil dari kata lebar. Maknanya selesai dalam menjalani ibadah puasa.

2. Luberan atau meluber, yaitu menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas layaknya air yang berlimpah hingga meluber dari wadahnya. Maka, tradisi membagikan berbagi atau bersedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.

Baca Juga :  Sosialisasi Program Haji dan Umrah Oleh PT Fabi Abadi Berkah Haramain Surabaya di Hotel Panglima Sampang

3. Leburan yakni memiliki makna lebur sebagaimana dalam bahasa Indonesia. Lebur saat Idul Fitri ditandai dengan meleburnya dosa dengan cara saling bermaaf-maafan atau bersilaturahmi.

4. Laburan berasal dari kata kabur yang artinya kapur putih. Maknanya yakni hati seseorang dapat kembali menjadi putih dan suci setelah melakukan ibadah selama bulan puasa Ramadhan.

Perayaan Lebaran Ketupat merupakan sebagai bentuk apresiasi untuk umat Muslim yang telah menjalankan puasa Syawal setelah puasa bulan Ramadhan. Selain itu, tujuan dari Lebaran Ketupat bisa dimaknai sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Lebaran Ketupat biasanya dilaksanakan satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya sekadar makan ketupat, namun juga diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan kesalahan dengan makan hidangan ketupat.

Hari raya ketupat merupakan salah satu budaya Islam di Indonesia yang berdampak positif yang perlu dilestarikan. Jika Hari Raya Idul Fitri identik dengan takbiran dan shalat Ied, maka Hari Raya Ketupat dikenal dengan sedekah estafet, yaitu setiap keluarga membuat ketupat dalam wadah besar lengkap dengan menu-menu makanan pelengkap yang beragam, untuk dimakan dan disedekahkan kepada kerabat dan penduduk kampung sekitarnya.

Di beberapa daerah ketupat disajikan dalam bentuk gunungan, yang diarak keliling kampung, semacam acara gerebekan. Gunungan ketupat itu nantinya akan jadi rebutan warga.

Perayaan Hari Raya Ketupat juga mengandung nilai-nilai Maqashid Syari’ah. Pertama, hifdzu al-din yang diimplementasikan dengan menegakkan sendi-sendi keislaman dengan sedekah dan silaturahim, serta menjalankan sunah Rasulullah SAW dengan puasa Syawal.

Kedua, hifdzu al-mal yang mana Hari Raya Ketupat bisa menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar. Dengan adanya kebutuhan ketupat, omset pengrajin bungkus ketupat juga naik, bahkan bisa jadi merupakan profesi musiman bagi mereka dan pekerja-pekerja mereka. Para penjual janur juga pasti ketiban rejekinya.

Ketiga, hifdzu al-nafs yang menjadikan setiap insan mempunyai kesempatan untuk berbagi. Minimal pada hari itu, selain tidak ada yang kelaparan dalam satu kampung itu, juga bisa jadi momen perbaikan gizi, di mana menu-menu yang disediakan biasanya beragam dan menambah gizi. Selain itu, terdapat asas persamaan, yaitu tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, semua tumpah ruah dan ikut makan ketupat bersama.

Baca Juga :  Mengaku Pejabat Mabes Polri Begini Nasibnya 

Selajutnya, keempat adalah hifdzu al-aql di mana pada hari itu otak manusia ternutrisi dengan baik, sehingga mampu memproteksi akal. Dan yang terakhir adalah hifdzu al-nasl yang secara tidak langsung dengan mengkonsumsi ketupat maka dapat menghasilkan hormon testosteron dan ovarium sehingga bagi yang sudah menikah dapat melangsungkan hubungan suami istri, dari hubungan tersebut merupakan esensi dari menjaga keturunan.

Dengan demikian hari raya ketupat bukanlah agenda yang keluar dari ajaran Islam seperti yang dituduhkan oleh sebagian saudara-saudara seagama seislam. Sebagaimana tertuang dalam salah satu kaidah “al-Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah” (menjaga tradisi-tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi-tradisi modern yang lebih baik).

Hari Raya Ketupat perlu dilestarikan karena ini momen untuk meningkatkan amal sedekah, mempererat tali persaudaraan dan memiliki nilai-nilai Maqashid Syari’ah.

Ada sebagian Ulama’ yang mengatakan bahwa Lebaran Ketupat adalah Lebaran bagi kaum muslimin yang berpuasa bulan puasa ramadhan penuh dan puasa Sunnah 6 hari sesudah lebaran idul Fitri.

Seperti yang di sabdakan oleh nabi Muhammad SAW

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَأَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia sama seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

Dari hadis tersebut muslim di Indonesia memandang perlu adanya perayaan Hari Raya Ketupat, sebagai rasa syukur setelah berpuasa Ramadan dan enam hari di bulan Syawal.

Karenanya Hari Raya Ketupat ini akan terasa istimewanya bagi muslim yang sempurna menunaikan puasa Ramadan penuh dan Syawal.

 

 

Sumber : CNBC dan Buku Pesantren Tebuireng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *