Oleh: Anwar (Jurnalis Portaljatim.net)
SUMENEP, Portaljatim.net – Saya bukan sekadar jurnalis yang menulis kisah. Saya adalah anak Batuputih, yang sejak kecil tumbuh dengan cerita rakyat, bisikan alam, dan keyakinan bahwa tanah ini menyimpan kekuatan gaib leluhur. Bagi saya, Batuputih bukan hanya tempat lahir, tetapi ruang sakral yang menyatukan sejarah, energi dan jiwa. 23/8/2025.
Angin dari perbukitan Batuputih terasa berbeda. Malam-malam hening sering menghadirkan rasa seolah ada yang menjaga. Mata air tua, batu besar berlubang yang disebut Tambiyu, hingga gua-gua sunyi semuanya seperti berbicara dengan bahasa yang hanya bisa didengar hati yang peka.
Sebagai seseorang yang percaya pada dimensi spiritual, saya merasakan peninggalan itu bukan sekadar benda mati. Mereka adalah media yang menyimpan energi sejarah, menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini. Kadang, duduk di tepi mata air tua menghadirkan ketenangan yang sulit dijelaskan, seolah jiwa-jiwa leluhur masih setia menjaga Batuputih.
Arya Wiraraja Pemimpin dengan Kekuatan Batin
Sejarah mencatat Arya Wiraraja sebagai penguasa cerdas yang berperan besar dalam lahirnya Majapahit. Namun bagi saya, ia bukan hanya tokoh politik. Ia adalah pemimpin yang peka terhadap tanda-tanda alam, mengerti keseimbangan antara dunia nyata dan dunia gaib.
Keberadaan Keraton Arya Wiraraja di Batuputih bukan sekadar mitos atau dongeng rakyat. Fakta sejarah ini telah didukung oleh berbagai referensi, seperti Sejarah Madura Selayang Pandang (Drs. Abdurrachman, 1971) dan Sedjarah Tjaranja Pemerintahan di Daerah-daerah di Kepulauan Madura (Zainalfattah, 1951). Bukti-bukti tersebut mempertegas bahwa Batuputih memang pernah menjadi pusat awal pemerintahan Arya Wiraraja.
Tidak heran bila ia memilih Batuputih. Tanah ini subur, kaya air, dan penuh energi. Bukit, batu, dan gua di Batuputih seakan menjadi benteng tak kasat mata yang melindungi kerajaannya. Hingga kini, sebagian warga percaya masih ada “penjaga tak terlihat” yang menjaga wilayah bekas keraton.
Keraton yang Hilang, Energi yang Kekal
Bangunan keraton mungkin telah lenyap dimakan zaman, tetapi sebagai pribadi yang merasakan getaran mistis, saya yakin ruh keraton itu tidak pernah pergi. Ia tetap hadir, menyatu dengan tanah, batu, air, dan udara Batuputih.
Di mata orang lain, gua hanya tempat gelap dan batu hanyalah benda keras. Namun bagi saya, keduanya adalah portal sejarah jendela yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu. Kadang, dalam keheningan, seakan terdengar derap kuda atau langkah prajurit yang masih bergaung di bukit-bukit Batuputih.
Panggilan Leluhur untuk Generasi Kini
Tulisan ini bukan sekadar catatan, tetapi panggilan batin. Batuputih mengingatkan kita agar tidak melupakan warisan leluhur. Jejak mereka bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dijaga dan diwariskan kembali.
Sebagai jurnalis saya menyampaikan fakta. Sebagai manusia spiritual saya menyampaikan rasa. Dan sebagai anak Batuputih, saya menyampaikan janji: menuliskan kisah tanah ini agar tak pernah hilang dari ingatan zaman.
Keraton Batuputih bukan sekadar peninggalan sejarah. Ia adalah warisan spiritual yang hidup dalam denyut tanah ini. Batuputih mengajarkan bahwa sejarah tidak hanya tertulis di prasasti, melainkan juga bersemayam dalam energi gaib yang menjaga hingga kini.
Bagi saya, Batuputih adalah tanah kelahiran sekaligus tanah suci. Dari sinilah Arya Wiraraja mengawali langkah menuju kejayaan Majapahit. Dan dari sinilah pula kita, anak cucu Batuputih, harus menegakkan kembali kebanggaan atas warisan leluhur.