Berita

Puncak Yadnya Kasada, Masyarakat Tengger Larung Hasil Bumi Ke Kawah Bromo

266
×

Puncak Yadnya Kasada, Masyarakat Tengger Larung Hasil Bumi Ke Kawah Bromo

Sebarkan artikel ini
Screenshot 2023 0606 170835

PORTALJATIM.ID, PROBOLINGGO – Sebagai puncak perayaan Yadnya Kasada 1945 Saka, masyarakat Tengger di kawasan Gunung Bromo berbondong-bondong menuju Pura Luhur Poten atau Sanggar Agung Poten Bromo yang berada di kaki Gunung Bromo dengan membawa ongkek yang berisi hasil buminya.

Seluruh warga Tengger yang berasal dari berbagai wilayah itu berkumpul di Pura Luhur Poten. Lokasi ini kerap dijadikan tempat berkumpulnya warga umat Hindu untuk bersembahyang sekaligus pembacaan mantra-mantra, Senin (5/6/2023) dimulai pada pukul 3.00 WIB di lautan pasir (kaldera) Gunung Bromo.

Upacara ritual Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten dari empat daerah di kaki kawasan Gunung Bromo ini telah mengikuti berbagai macam rangkaian yang diawali dengan pembacaan kidung religi diiringi gamelan, mensucikan tempat persembahyangan, pembacaan kitab suci Weda, pembacaan sejarah Kasada serta perkawinan Rara Anteng dan Jaka Seger.

Terdapat ritual adat Nglukat umat Hindu, yakni membagikan bija yang ditempelkan pada bagian wajah. Memberikan wewangian di sebelah kanan sekaligus pembakaran dupa dan memercikkan air suci. Untuk sembahyang dipimpin oleh Pinandhita yang dibantu oleh para pemuka. Di tengah-tengah prosesi ritual ini, ada prosesi pemilihan calon Dukun Adat yang menggantikan dukun sebelumnya.

Baca Juga :  Tim Wasev TMMD ke-125 Gelar Bakti Sosial di Kecamatan Siliragung

Masyarakat Tengger yang berasal dari Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang melakukan kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan lelabuhan sesajen atau dikenal dengan larung sesaji yang berangkat dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesajen berupa hasil bumi seperti hasil pertanian dan hewan ternak.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto mengatakan proses pelaksanaan dimulai dari sembahyang dan do’a-do’a di Pura Luhur Poten Gunung Bromo hingga kegiatan larung sesaji ini telah berjalan dengan baik dan lancar. Ini sebagai wujud ungkapan rasa syukur dan penghormatan untuk para leluhur, karena telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Tengger.

“Larung sesaji yang sudah dilakukan sejak dahulu oleh para leluhur kita berupa hasil pertanian dan hewan ternak dikatakan sebagai wujud syukur. Itu karena Tuhan telah melimpahkan hasil bumi yang sudah kita rasakan itu merupakan penggenapan janji warga Tengger kepada Joko Seger dan Roro Anteng. Sebagaimana yang sudah dikisahkan yakni “Roro Anteng” yang telah mengorbankan putranya bernama “Kesuma” untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo,” katanya.

Baca Juga :  Soliditas TNI Polri di Bondowoso, Siap Wujudkan Kondusifitas Pasca Pelantikan Kepala Daerah

Setelah melaksanakan ritual larung sesaji ini, masih ada kegiatan terakhir yang dilakukan oleh masyarakat Tengger yaitu kegiatan selamatan. “Selamatan ini dilakukan di masing-masing desa yang dipimpin langsung oleh dukun adatnya masing-masing,” jelasnya.

Sementara Ketua Dukun Paruman Tengger Sutomo menyampaikan prosesi ritual ini telah berjalan dengan khidmat dan para warga Tengger dengan membawa ongkek dari rancangan bambu yang berisikan hasil bumi telah berdatangan pada hari Senin dimulai pada pukul 00.00 WIB dini hari. “Untuk prosesi selanjutnya pemaparan kisah Yadnya Kasada dimulai pada pukul 03.00 WIB,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *